Sadda, mappabati Ada, Ada mappabati Gau, Gau mappabati Tau, Tau sipakatau Mappaddupa Nasaba Engkai Siri’ta nennia Pessee ta, Nassibawai Wawang ati mapaccing, lempu, getteng, warani, reso, amaccangeng, tenricau, maradeka nennia assimellereng Makkatenni Masse ri Panngaderengn na Mappasanre ri elo ullena Alla Taala. artinya: Bunyi mewujudkan kata,...Kata mewujudkan Perbuatan,Perbuatan Mewujudkan Manusia,Manusia Memanusiakan Manusia, Membuktikan di Dunia Realiti kerana Kita Memiliki perasaan malu dan teladan ( pengaruh) disertai dengan Kesucian hati, kejujuran, keteguhan, keberanian, kegigihan dan ketekunan, kecerdasan minda,daya saing yang tinggi, kemerdekaan, Berpegang teguh pada adat dan tradisi serta bertawakal kepada Kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.

Kata Bijak Pak Mario

Jumat, 25 Maret 2022

BENARKAH KITA DULU DI JAJAH

HIS STORY (kata nya)

"15 armada Belanda menyerbu Batavia dan menduduki Indonesia." Itu yang tertulis di buku sejarah umum. Sampai saya sadar, "15? Hanya 15 armada?! Bagaimana mungkin 15 armada yang mungkin hanya berisi kurang dari 1000 orang bisa menduduki Batavia dan menguasai Indonesia?!"

Ternyata mereka VOC! Perusahaan dagang lintas negara! Mereka memang datang dengan pasukan pengamanan, tapi mereka datang untuk berdagang!

Lalu siapa yang mengatakan kita dijajah?!

Ternyata para bangsawan dan penguasa kita sendiri!

Tidak ada tanam paksa. VOC datang memberikan daftar komoditas yang sangat dicari di Eropa. Mereka membayar para bangsawan, demang, dan penguasa daerah untuk menyuruh para petani menanamnya. Tapi para penguasa itu tak pernah memberikan uang itu ke para petani dengan dalih, "Kita dijajah! Kita tidak punya pilihan!"

Bagaimana mungkin penjajahan justru membuat para bangsawan, demang, tuan tanah, dan penguasa daerah itu kaya raya? Bagaimana mungkin tanah mereka semakin hari semakin luas? Bagaimana mungkin penjajah tidak merampas harta mereka kalau mereka benar dijajah? Bagaimana mungkin mereka masih memakai mahkota dan hidup bergelimang harta jika mereka dijajah?

Sebaiknya, mereka menjadi raja-raja kecil yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke Eropa. Anak-anak bangsawan itu justru bekerja sama dan menjalin pertemanan dengan orang-orang yang mereka sebut penjajah. Bagaimana mungkin?!

Penjajahan yang sebenarnya terjadi di jaman Jepang. Perang dunia membutuhkan banyak biaya. Para bangsawan dan tuan tanah itu meradang. Semua hartanya disita. Tapi rakyat jelata tetap paling menderita. Untung Jepang tak sempat menguras habis harta mereka. Para tuan tanah, bangsawan, dan raja-raja itu bersorak kegirangan ketika Sekutu meluluh lantakkan Hiroshima-Nagasaki.

Lalu bagaimana peperangan-peperangan kedaerahan itu bisa terjadi?

Karena para bangsawan, demang, dan raja-raja itu kelewat tamak. Mereka menaikkan harga jual padahal tak sepeserpun uang itu diberikan ke petani yang bekerja sampai mati. Hampir semua peperangan itu karena masalah uang dan pelanggaran perjanjian dagang. Para bangsawan, demang, dan raja-raja itu lantas menghasut para petani dan rakyatnya untuk melawan dengan dalih yang sama, "Kita dijajah! Kita harus melawan!"

Para petani dan rakyat miskin tak punya pilihan. Mereka mati sia-sia agar tuan-tuan tanah, bangsawan, dan raja-rajanya tetap hidup mewah dan tak kekurangan harta.

Sampai sekarang, politisi-politisi itu sibuk mencari pengakuan bahwa mereka adalah bangsawan yang layak menjadi tuan dan majikan bagi orang miskin dan rakyat jelata. Mereka menambahkan gelar-gelar feodal agar kau takut dan nyalimu ciut.

Mereka yang menjualmu adalah mereka yang mengaku menjadi teladan dan pelindungmu. Ratusan tahun mereka hanya memanfaatkan kebodohan dan ketakutanmu. Mereka menciptakan kasta agar kau tak pernah jadi bagian dari mereka. Mereka membangun tembok tinggi-tinggi agar kau tidak melompati takdirmu.

Kau tak butuh bajingan-bajingan yang berlaku tuhan dan berlagak bangsawan. Kau tak butuh penjajahan berkedok tradisi dan kesopanan. Lawan segala bentuk penundukkan mental. Tak ada darah biru, utusan langit, orang suci, dan kotoran binatang lainnya. Kita semua setara dan merdeka.

Feodalisme harus mati!


Selasa, 15 Februari 2022

Lillah Billah Biznillah

Tidurlah...
Dengan Lillah...
Li..
Dlm bhs Aramik...
Sinonim dg 'TO' dlm English...
Artinya KEPADA/UNTUK dlm Indo...

Tidak terwujud Bi (mukmin/iman)...
Sebelum adanya Li (muslim/berserah)...

Seperti cowok yang melamar cewek...
Siap serahkan hidup, free wiil & perjakanya...

Bangunlah...
Dengan Billah...
Bi...
Dlm bhs Aramik...
Sinonim dg 'Join' dlm English...
Artinya GABUNG/BERSATU dlm Indo...

Tidak terwujud Biizni (takwa/kafah)...
Sebelum adanya Bi (mukmin/iman)...

Seperti cowok yang lakukan ijab kabul...
Siap berbagi dlm hak & kewajiban hidupnya...


Melangkahlah...
Dengan Biiznillah...
Biizni...
Dlm bhs Aramik...
Sinonim dg 'KOMITMEN' dlm English...
Artinya LOYALITAS/SETIA dlm Indo...

Tidak terwujud SATU  (takwa/kafah)...
Sebelum adanya BIIZNI (komitmen/setia)...

Seperti pernikahan yg satukan 2 insan berbeda dlm satu kesatuan...
Dalam terminologi Jawa disebut GARWA (sigaran nyawa/separuh nyawa)...

Sabtu, 04 Desember 2021

BUANG ITU TEORI MENGATUR NAFAS

Segala teori yang membuat kita mengatur-mengatur nafas, buang saja. Pokoknya, apa yang Tuhan kerjakan dalam diri ini, kita hanya memperhatikan sampai kita merasa tentram. Sampai kita mengerti betul bahwa kita dikasihi oleh Tuhan. Nah, kalau ini saja gagal, ke sananya pasti nggak akan berhasil. Kalau dalam nafas saja kita mulai sok-sok ngatur, bagaimana hidup yang lain? Nafas yang mestinya betul-betul kita rasakan, kita atur-atur. Itu sama dengan kita menguatkan ego. Nah, untuk hal-hal yang lain pasti yang dominan adalah egonya.

Kenapa meditasi itu dikatakan sebagai momen untuk meluruhkan ego? Karena sebetulnya kita punya ego, tetapi ini tidak kita pakai. Kita hanya menerima ketika Tuhan bekerja dalam diri kita. Kita nggak ngatur-ngatur, kita hanya menerima, berterima kasih. Nah, teman-teman semua, ini hal yang paling sederhana dan bagi sebagian orang justru itulah yang paling sulit. Nah, karena ini sulit, maka perlu ada beberapa pengalaman tentang orang yang berhasil di proses ini. Siapa yang punya pengalaman, ada nggak, yang bergeser dari sesuatu yang sulit, sekarang sudah mulai gampang?

Kadang-kadang kita itu disulitkan oleh pikiran kita sendiri dengan membuat bahasa-bahasa yang tidak realistik. Bahasa "menemukan kasih" yang diungkapkan itu mengindikasikan ada sesuatu yang harus ditemukan, ada objek yang harus kita bisa saksikan betul, dan jangan-jangan dia membayangkan bisa dilihatkan. 

Menikmati
Sekarang, pembahasannya nggak usah tentang bernafas dulu. Ketika Anda ngopi saja, memangnya bersama kopi itu tidak ada kasih? Terus kenapa susah untuk ditemukan? Memangnya apa yang Anda cari? Sekarang, pertanyaannya dibalik, Kalau ngopi, memang nggak merasakan kasih? Bersama kopi itu ada nikmat. Kalau nikmat berarti kasih, bukan? Di balik nikmat, itulah kasih. Ketika Anda 'tang tung tang tung' (main alat tradisional), ada nikmat dari suara yang indah, yang mendamaikan kita, apakah itu bukan kasih? Mau dicari apalagi? Clear, ya. 

Tapi, tidak apa-apa. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mengertilah, dalam segala hal yang kita nikmati itu adalah wujud kasih. Ada kasih Tuhan di sana. Sekarang kita bersandar, nikmat.  Itu wujud kasih, bukan? Kaki kita selonjoran, bentuk kasih, bukan? Bentuk kasih. Kalau tidak bisa, kita menderita. Lalu, yang dicari apa? Ini harus diperbaiki dulu. Jadi, nggak usah nyari-nyari kasihNya karena kasihNya sudah jelas. Di dalam nafas yang bisa dinikmati itu ada kasih. Ya sudah. Makanya, kita berterima kasih masih bisa bernafas. Itu sederhananya. Kalau ada yang nyari kasih, ada nggak ya yang nyari nafasnya ada di mana? 

Sederhana, antara betul-betul menikmati nafas dengan mengatur-atur nafas, tapi ini dua jurusan yang berbeda. Kalau Anda menikmati nafas, anda ada di jalan kepasrahan yang ujungnya adalah jalan kebahagiaan, jalan keselamatan. Kalau Anda mengatur-atur nafas, ini jurusan menuju kepada penguatan dan peninggian ego, termasuk nanti kalau ada yang mengatur-atur nafas pasti punya tujuan, misalnya biar sakti. Nah, itu bukan spiritualitas. Itu yang membuat Anda terjebak, nanti egonya semakin kuat, nanti ada kamuflase yang seolah-olah dapat kekuatan spiritual sehingga semakin nyasar. Ketika ego makin kuat, Anda akan semakin terjerat di dalam penderitaan. Belum lagi nanti ditambahi ego semakin menguat,  kita mengundang jeratan Dark Force (DF). Begitu prosesnya. 

Maka, jurusan perjalanan Anda harus diubah. Ini seperti terminal bus, antara menikmati nafas dengan mengatur nafas itu jurusannya berbeda. Kalau menikmati nafas hasilnya adalah kota kebahagiaan, kalau mengatur nafas hasilnya kota penderitaan. Kalau ini tidak diperbaiki, maka hal-hal mendasar juga tidak akan beres.

Sabtu, 06 November 2021

SEDULUR PAPAT LIMA PANCAR

Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer adalah falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seorang manusia (jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang akan menyertai kehidupan seseorang sejak lahir hingga matinya. Mereka itu antara lain:

Watman : yaitu rasa cemas / kawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.

Wahman : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.

Rahman : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.

Ariman : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.

Dan sebagai yang kelima adalah Pancer (Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa, maka ia tidaklah sendirian. Keempat saudaranya Watman, Wahman, Rahman dan Ariman senantiasa menemani secara metafisik. Mereka adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta. Pancer atau Pusat juga dimaknai sebagai “Ruh” yang ada dalam diri manusia, yang akan mengendalikan kesadaran seseorang agar tetap “eling lan waspodo”, ingat pada Sang Pencipta dan menjadi insan yang bijaksana. Jadi sedulur papat berperan sebagai potensi / energi aktif, sedangkan pancer sebagai pengendali kesadarannya.

Kesadaran kosmik tentang adanya saudara penyerta dalam falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer pada akhirnya akan mengaktifkan potensi dalam diri seseorang. Seseorang yang mampu menggali potensi Sedulur Papat Kalima Pancer akan menjadi seseorang yang sukses seutuhnya. Pada tingkat kesadaran tertentu orang tersebut bahkan dipercaya dapat mencapai “kesaktian” yang supranatural.

Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang yang memiliki kesadaran Sedulur Papat Kalima Pancer dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat. Dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, kerohanian, kesehatan maupun hubungan-hubungan sosial lainnya. Banyak orang mengklaim dirinya sukses, tapi hanya dalam bisnis saja, sedangkan rumah tangganya berantakan, tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini bukan sukses yang sejati.

Falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer merupakan falsafah dasar yang kemudian dapat dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu pasaran Legi (Timur), Pahing (Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan Kliwon (Tengah/Pusat). Dalam tradisi pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan: Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan keempat kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna. Pada periode Islam Jawa, dikenal pula keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu Jibril, Mikail , Isrofil, dan Ijro’il yang akan membawa seseorang mencapai Sidrathul Muntaha atau menyertai hidup manusia hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.

Seperti yang sudah-sudah, falsafah Jawa selalu sarat dengan perlambangan, sehingga ia kaya akan interpretasi tanpa mengeliminir substansi-nya. Demikian pula falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer, secara normatif dapat berupa perlambangan untuk makna yang jauh labih hakiki. Sedulur 4 menggambarkan elemen dasar dalam diri manusia (ego) yaitu Cipta, Rasa, Karsa dan Karya.

CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Pikiran adalah manipulasi otak atas informasi untuk membentuk konsep, penalaran dan pengambilan keputusan.

RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada bahasa yang dapat mengungkapkannya.


KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Seseorang dapat termotivasi oleh rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga dari dalam dirinya sendiri.

KARYA adalah tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

Keempat elemen dasar dalam diri manusia di atas akan menjadi “efektif” apabila manusia tersebut dikontrol oleh Pancer/kunci yang disebut dengan KESADARAN yang biasa diistilahkan dengan “eling”. Di sinilah letak perjuangan spiritual sesungguhnya. Ketika katup-katup kesadaran mampu dibuka, maka potensi 4 elemen dasar manusia akan menjadi kekuatan “quantum” yang luar biasa, memiliki daya ledak, menjadikan seseorang menjadi insan seutuhnya, sukses lahir batin, satria pinandhita sinisihan wahyu



Jumat, 05 November 2021

ALEKU

Rekko usereang peddikku ko bittara e
Mannessa langi’e naolli’i ellung

Rekko usareang Ressakku ko angingnge
Mannessa angingnge molli russa’

Rekko usareang Caikku ko tasi’e
Mannessa tasi’e poleang bombang

Rekko usareang tarotaro ko bulue
Mannessa bulu’e  mallua’keng api. Namu’

Utaro ale-ale olong peddi’ku
Laleng bittara aroku

Utaro ale-ale russa’ sussa’ku
Laleng Anging nyawaku

Utaro ale-ale bombang cai’ku
Laleng tasi’ pineddi’ku

Utaro ale-ale.

Terjemahan;

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai

Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku

Kusimpan sendiri.

Kamis, 05 Agustus 2021

Lontara Pananrang

1.Siwenni ompona uleng-é, esso Nyarang asengna, esso ripancajinna nénéta Adama. Narékko najajiyangngi ana', pogau'i pakkasiwiyang lao ri puang Allaataala, enrengng-é ri Amangna ri Inangna. Narékko ri laowangngi ri tau maraja-é, na amaséiki. Madécéng rilaowang sompe, kuwaé topa mattaneng-taneng'é. Narékko tau nakenna doko ri essoé_ro, masiga' mui ma'jappa.
Majaa- ri attaroang wennang tennung, riwalungengngi tau maté, tenriyappasionroangeng, tenrriyannikkang, tenriya'bottingeng, tenriya'bolang, nenniya gau maraja laingng-é tenri pogau ri essoé-ro.

2.Duwampenni ompona uleng-é, esso Jonga asengna. Iyana esso ripancajinna nénéta Hawa, enrengng-é Korosiya-é. Madécéng riya'bottingeng, madécéng ri laowang sompe, kuwaé topa mattaneng-taneng, nenniya mappatettong bola. Narékko na jajiyangngi ana' ri essoé ro, madokoi amangna,

3.Tellumpenni ompona uleng-e esso Macang asenna, iyanaro esso najajiyangnge Kabile, ana'na nabi Adama. Narekko na jajiyangngi ana' ri essoero, madoraka_e ri Allaataala enreng'e ri Inangna ri Amangna. Majaa'i ri ya'bottingeng nenniya mattaneng-taneng. Narekko ri laowang'i mallaleng, madokoi tauwe. Nako engka jema malasa ri essoero, maittai lasana. 

4. Patampenni ompona ulengnge, esso Meyong asengna. Madeceng ri bottingeng, riyattanengeng, ri yappanoreng wesesa, riyangelliang, riya'balukeng, nenniya ri laowang sompe. Narekko najajiyangngi ana' ri essoero, accappu-cappurengna mate ri uno-i.
Madeceng rilaowang bisesa, madeceng_to ri ya'bolang nenniya riyannikkang, madeceng_to ri yangelliyang agi-agi riyelli. Madeceng_to ri laowang sompe', nenniya malleng mabela.

5. Limampenni ompona ulengnge, esso Jing asengna. Iyanaro essoe na ri passu neneta Adang mallaibine pole ri suruga. Narekko tau nakenna lasa ri essoero, maettapa na sau lasana. Seuwwa decengna iyanaritu, makessing riyalang lakkai tenrewe.

6. Enneng wenninna ompona ulengnge, esso Tedong asengna. Madeceng ri laowang sompe, ri yappanoreng wesesa, ri yangelliang tedong, ma'bijai, ri winruseng lawa tedong, nenniya lawa nyarang. Madeceng_to ri yattaroang tennung. Agi-agi ri pegau, madeceng'i, naekia eloona mua Puwang Allaataala tongeng.

7. Pitumpenni ompona ulengnge, esso Balawo asengna, majaa_i ritu. Narekko engka tau nakenna lasa ri essoero, maittapa nappa mole. Majaa riyalang inreng, majaa ri laowang wisesa, maja_to riyangelliang balu'balu' pakeang. Majaa ri laowang mallaleng mabela nasaba malomoi natuju sukkara'. Narekko engka warangparang teddeng ri essoero, tenri lolongengni ritu. 
Madeceng ri winruseng salekkoo, a'deng sibawa bili'.
Majaa ri yalang inreng, majaa to ri yappanoreng wesesa, ri yangelliang bola, pake-pakeang, majaa to ri laowang sompe.

8. Aruwa ompo_na uleng'e, esso cipii asengna, iyyanaro esso najajiyang'e nabi Nuhung. Narekko engka tau nakenna lasa ri essoe-ro, masiga' mui ma'jappa. Madeceng ri bottingeng, madeceng to ri laowang sompe, riyangelliyang riya'balukeng. Anana' jaji ri essoe_ro, masempo dalle'i na riyamasei ri tau maraja-e. Narekko anu teddeng, masiga' mui ri lolongeng.

9. Asera ompona uleng'e, esso Bokka(Asu) asengna, majaa'i ritu ada sure'na. Narekko najajiyang'i ana', madorakai ri Allaataala, enreng'e ri Inangna ri Amangna. Narekko rilaowang'i mallaleng, masukkara'ki, minreng'i, masukkara'toi. Narekko anu teddeng, maperrini ri lolongeng. Madeceng mua riyattaroang bisesa, naekia majaa'i ri ya'bottingeng, walu-i orowanewe. Narekko riyappatetongeng'i bola, walu-i punna bola makkunraiye, ada sure'na. Nae adanna mua Allataala tongeng.

10. Ri ompo seppulona uleng'e, esso Naga asengna. Esso madeceng kuritu, mangelli gi, ma'balu'gi, ma'bere gi, ri wereng gi, madeceng toi riya' bottingeng, riya'bolang, nenniya ri yattaneng-tanengeng. Narekko engka tau nakenna lasa ri essoe ro, masiga' mui ma'jappa ri lasana. Narekko warangparang teddeng ri essoe ro, masiga mui ri lolongeng. Narekko arung mangkau'e laowang', sukku deceng'i assureng_na.

11. Ri Seppulo na seddi ompo uleng'e, esso Beke(Bembe) asengna. Madeceng'i agi-agi ri pegau. Majeppu puwang Allaataala nalaiwi lampee umuru'na monro ri suruga nabi Adama. Narekko na jajiyang'i ana', malampee sunge'i, napugau toi pakkasiwiyang lao ri Allaataala, masempo dalle' toi. Narekko anu teddeng, masiga ri lolongeng. Madeceng ri laowang mallaleng, seuwwa mua pu essoi, tau te_e ha'ji ri tana Mekka. Madeceng ri bottingeng nenniya mappatettong bola ri essoero, nae tenri tonangeng lopi ri essoe ro. 

12. Ri seppulona duwa ompo uleng'e, esso Maewa asengna. Agi-agi ri pegau ri essoe_ro, madeceng'i. Anana' jaji ri essoe ro, masempo dalle'i na maraja pakkasiwiyang lao ri puaxj Allaataala. Narekko tau nakenna lasa ri essoe_ro, masiga mui sau lasana. Madeceng ri laowang ri tau maraja~e, riya'bolang, kuwae topa laowe ma'balu', nenniya ri yattarowang bisesa. Narekko warangparang teddeng ri essoe_ro, ri lolongeng mua gangkanna.

13. Narekko ompo seppuloi tellu uleng'e, esso Gaja asengna. Iyanaro esso ritununna api Nabi Ibrahim, ri tana lapang'e. Narekko najajiyang'i ana' orowane, waraniwi, naekiya mabiasai ujangeng, narekko ri laowang'i mallaleng mabela, malomoi na kenna lasa, mate are'gi ri laongenna. Nakko tau nakena lasa ri essoe_ro, masiga mui paja lasaana. Narekko warangparang teddeng, masukkara'ni ri lolongeng.
Majaa ri taroang bisesa, majaa to ri laowang sompe, majaa ri yangelliyang, nakkase'i asengna kuritu. Narekko ri laowang'i, malomo~i natuju sukkara.

14. Seppulo eppa ompona uleng'e, esso Sikadong asengna. Iyana esso najajiyang'e nabi Sulaemana. Madeceng ku ritu ada sure'na, agi-agi ri pegau. Narekko uau nakenna lasa ri essoe ro, masigamu madising. Agaga teddeng, masiga' mui ri lolongeng. Madeceng ri laowang dangkang, riyappatettongeng bola, madeceng to riya'bottingeng.

15. Sepulona lima ompona uleng'e, esso Bale asengna. Iyyana esso najajiyang'e nabi Yusupu. Majaa riyappegaukeng gau maraja, iyanaritu botting, mappatettong bola nenniya mappanoo bisesa. Madeceng mua ri gau baiccu'e.

16. Seppulo enneng ompona uleng'e, esso Bawi asengna, maja~i kuritu ada sure'na, nakkase'i. Rekko na jajiyang'i ana', mabiasai ujangeng. Majaa ri laowang sompe, riyattanengeng, riyappanoreng bisesa, majaa to ri laowang ri wanua laing'e. Tempedding'i riyangelliyang, agi-agi riyelli. Narekko waramparang teddeng, masere' pangauwi, adanna sure'e, makkulle ri lolongeng, makkulle muto tenri lolongeng ritu. 

17. Nakko seppulona pitu ompona uleng'e, esso Jarakania asengna. Madeceng ri laowang makkasiwiyang, ri laowang sompe ri wanuwa laing'e, riya'dutang, madeceng to riyalang lakkai tenrewe. Narekko tau nakenna lasa, masiga mui ma'jappa, agaga teddeng, masukkara' ri lolongeng.

18. Seppulo aruwa ompona uleng'e, esso Alippeng asengna, esso na jajiyang'e nabi Isa. Iyato na ri pancaji matanna esso'e enreng'e uleng'e. Narekko najajiyang'i ana', napeddiriwi Inangna Amamangna, naekia pogau'i pakkasiwiyang ri puwang Allaataala. Esso madeceng rilaowang sompe ri wanuwa mabela~e, madeceng riya'bottingeng, riyappatettongeng bola, riyappanoreng bisesa, nenniya riyangelliyang balu, agi-agi riyelli. Narekko tau nakenna lasa, maittapa na sau lasana.

19. Seppulo asera ompona uleng'e, esso Anowang asengna. Iyana esso na jajiyang'e nabitta Muhamma sallallahu alaihi wa sallam. Anana' jaji ri esso~e ro, sogi~i na malomo ati ripadanna tau, pogau' to-i pakkasiwiyang lao ri puang Allaataala, enreng'e ri Inangna ri Amangna. Madeceng riyangelliyang, riya'balukeng, ma'beregi, ri wereggi. Madeceng to ri palaowang bisesa, iyare'ga ri laowang ma'bicara. Nako warangparang teddeng, tenrilolongeng'ni ritu. Agi-agi ri pugau madeceng'i.

20. Ri duwappulo-na ompo uleng'e, esso Hanuwa asengna. Iyana esso na jajiyang'e nabi Ismaila. Anana' jaji ri essoero malomo ati_wi lao ri padanna tau. Nako anu teddeng, tenrilolongeni koritu. Narekko riya'binruseng'i agi-agi, maittapa nappa jaji anu ri winru'e, nae madeceng mua riyappatettongeng bola. Madeceng riya'bottingeng, madeceng to ri laowang mallaleng, ri laowang sompe, mallopi, ma'dangkang-dangkang, neniya madeceng riyattanengeng batang ma'bua.

21. Duwappulo siddi ompona uleng'e, esso Paria asengna. Narekko na jajiyang'i ana', madoko~i, yala upe' tuwo~na. Narekko warangparang teddeng, tenrilolongeng'i. Majaa~i riyappatettongeng bola, riyannikkang, ri bottingeng, majaa to riyattaroang bisesa, rilaowang sompe, riyangelliyang balu', tenriyattanengeng, tenriyappegaukeng, nakkase'i aseng na.

22. Ri ompo duwappulona duwa uleng'e, esso Na'huda aseng na, iyana esso ri pancajinna malaeka'e. Narekko na jajiyang'i ana', pogau'i pakkasiwiyang lao ri Puwang'e, ri Inangna enreng'e ri Amangna. Narekko tau na kenna lasa ri esso'e ro, masiga' mui ma'jappa ri lasana. Madeceng riyangelliyang balu', masiga'i tarala, madeceng muto ri laowang sompe. Narekko warangparang teddeng, na ri lolongeng mua, madeceng'i ta pu warangparang. Narekko engka tau mappaenrekeng'i alena ri arung'e, madeceng'i ko ritu.

23. Duwappulo tellu ompona uleng'e, esso Uncale asengna. Madeceng ri laowan makkasiwiyang, madeceng riya'bottingeng, madeceng ri yangelliang balu'~balu', masiga'i tarala, madeceng toi anana' jaji-e ri essoe ro. Majaa riyangelliyang agaga maelo'e ripake, temmara'de'i ritu, majaa ri yallalengeng, ri palaowang bisesa. Narekko tau nakenna lasa, masiga' mui ma'jappa. Narekko warangparang teddeng, makkulke ri lolongeng, makkulle muto tenri lolongeng.

24. Duwappulo eppa ompona uleng'e, esso Palengngoo asengna, iyanaro esso ri yemme'na nabi Yunusu ribale loppo~e ri tengnga tasi', iyyato esso najajiyang' Firauna tau ri tanrona Allaataala. Majaa ri bottingeng, masiga'i massarang, narekko najajiyang'i ana', madorakai ri puwang Allaataala enreng'e topa ri Inangna ri Amangna.
Madeceng ri palaowang betteng.
Majaa ri yannikkang, ri ya'bolang, majaa to ri yangelliyang, ri ya'balukeng, sibawa ri laowang sompe.

25. Duwappulo lima ompona uleng'e, esso Pase' asengna. Nakkase'i, esso ri pancajinna Iblis, esso nappamulai tikka pitu taung'e ri tana Ara'. Narekko najajiyang'i ana', madorakai ri Allaataala enreng'e ri Inangna ri Amangna. Tau massasa ri esso~e ro, mita~i dara. Madeceng ri yangelliang, madeceng muto ritarowang bola. Majaa ri bottingeng.

26. Duwappulo enneng ompona uleng'e, esso pagiling asengna, madeceng ri laowang ri tau maraja~e. Madeceng ri laowang sompe, ri yattaneng-tanengeng, ri bottingeng, ri ya'bolang, madeceng ri yappanoreng bisesa, madeceng ri yannikkang, ri laowang sompe, nenniya ri yangelliang agi-agi. Narekko najajiyang'i ama', pogau'i pakkasiwiyang lao ri puwang'e, enreng'e ri Inangna ri Amangna.

27. Duwappulo pitu ompona uleng'e, esso madeceng ritu. Madeceng rilaowang ri tau maraja~e, madeceng ri yattaroang bisesa. Madeceng ri yangelliyang balu', temma etta na tarala. Madeceng ri yappatettongeng bola.

28. Duwappulo aruwa ompona uleng'e, esso Kuneng asengna. Madeceng ri winruseng bili', lawa' tedong, lawa' beke, ma'bija~i olokolo'e. Madeceng ri laowang sompe, ri yattanengeng, ri bottingeng. Narekko najajiyang'i ana', sogi-i.

29. Duwappulo asera ompona uleng'e, esso Suniyang asengna. Madeceng ri yattanengeng, ri laowang dangkang, ri yangelliang. Esso madeceng ri yappammulang agi-agi. Narekko najajiyang'i ana', madoko~i.

30. Telluppulo ompona uleng'é, esso Pannaa asengna. Majeppu Allaataala na paturung'i dallé~é ri esso-é ro. Madécéng ri bottingeng, ri laowang dangkang, madécéng ri yattaneng-tanengeng. Narekko ri laowang'i sompe, wettu assara'pi na madécéng.

Makkuniro pura uki~é ri laleng kitta, iya muto puwaseng'i tépu lottong.

~
WETTU² MAKANJA RI TASSÉDDI-É ESSO
rékko na tuju-i esso sattu, éléé, a'buéng karaja, mula loro sibawa assara', mangëribi, léssoo teng-nga benni, riyolo teng-nga benni, sibawa subu wettu makanja'na. narekko natuju-i esso aha', teng-nga tére', teng-nga esso, assara', mangeribi, teng-nga wenni, denniari wettu makanja'na, narekko natuju-esso sinéng, éléé, teng-nga esso, mula loro, loro towa, isya, léssoo teng-nga benni, teng-nga wenni, sibawa subu wettu makanja'na, narekko na tuju-i esso salasa, teng-nga tére', a'buweng karaja, mula loro sibawa assara', mangeribi, lessoo teng-nga wenni, riyolo teng-nga wenni, denniari, wettu makanja'na, narékko na tuju-i esso arabaa, teng-nga tére', a'buweng karaja, mula loro matteru ri loro cuwa, wettu makanja'na, narékko na tuju-i esso kammisi', éléé, a'buweng karaja, teng-nga esso, loro towa, isya, teng-nga wenni, subu, wettu makanja'na, narékko natuju-i esso jumaa, éléë, a"buweng karaja, mula loro,assara, mangeribi, lessoo teng-nga wenni, riyolo teng-nga wenni, sibawa subu, wettu makanja'na,

PANNESSA ÉNGNGI NAKKASE SI ULENG-É

tellumpenni ompoo-na uleng-é, esso ri passuu-na nénéta Adama/St.Hawa polé ri suruga-é

limampenni ompoo-na uleng-é, esso mula monang-na lopinna nabi Nuhung ri lëmpe' loppo-é

seppulo tellu ompo-na uleng-é, esso ri tununna nabi Iberahima ri kaféré'é

seppulo enneng ompo-na uleng-é, esso ri buwang-na nabi Yusupu ri bujung-é

duwappulo siddi ompoo-na uleng-é, esso ri lanti'na Firauna mancaji longgawa kaféré

duwappulo eppaa ompoona uleng-é, esso ri yemme'na nabi Yunusu ri balé loppo-é ri teng-ngana tasi'é

duwappulolima ompoona uleng-é, esso nammulainna tikkaa pitu taung-é ri tana ara'.
WALLAHU A'LAM BISHSHAWAF

Selasa, 29 Desember 2015

MAHAR PENGANTIN BUGIS

Suku Bugis adalah salah satu suku yang ada di Indonesia, meskipun keturunan suku ini tersebar di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri, tetapi pada dasarnya suku Bugis berasal dari Sulawesi Selatan atau biasa dikenal dengan nama Ujung Pandang/ Makassar.
Saya juga adalah seorang Gadis keturunan Bugis. Sebagai perempuan, kita harus pandai melihat diri. Jadilah perempuan Bugis yang materru' (berani) dan malampe' nawa nawa (bijaksana dan cerdas) agar kita pantas untuk seorang lelaki Bugis yang berkarakter joa (pemimpin) dan memiliki prinsip alempureng (kejujuran) dan assitanajangeng (kepantasan).
Bagi orang Bugis, pernikahan adalah sebuah arena untuk menampilkan identitas sosial dan melestarikan garis silsilah serta posisi di tengah masyarakat. Memang, kita bisa mengatakan bahwa ini adalah warisan sistem feodal pada masa silam, namun jejak-jejaknya masih bisa ditemukan pada masa kini, khususnya pada momentum pernikahan.
Jika anda hendak menikahi perempuan berdarah bangsawan (yang ditandai gelar Andi di depan namanya), maka perkirakan sendiri berapa biaya yang hendak disiapkan. Semakin mahal biaya pernikahan, maka semakin tinggi pula citra diri yang dipancarkan seseorang di masyarakat.
Demi pernikahan mahal itu, seorang pria akan mengeluarkan segala daya dan sumberdaya yang dimilikinya demi mempertegas status sosialnya. Mahar tidak hanya gelar ,takaran ,simbolis mahar yang di diberikan kepada orang tua mempelai wanita juga ditentukan mengikuti garis keturunan ,takaran simbolis ini ,disebut harga kedudukan (sompa bug) ,selalu dibayarkan menurut jumlah kententuan adat ,dan sompa yang diterima perempuan tidak boleh lebih rendah yang diterima ibunya jika garis keturunan ayahnya lebih tinggi dari garis keturunan ibunya.
Suku Bugis mempunyai filosofi hidup yang cukup banyak, salah satunya adalah “Reso” yang artinya kerja keras. Jadi, seharusnya perhelatan yang mahal tersebut menjadi motivasi untuk bekerja keras sehingga apa yang diinginkan (perempuan yang dicintai) bisa didapatkan. banyak yang terjadi “Cintaku tertahan di Mahar”. Pasalnya, mahar yang berlaku secara umum pada suku Bugis ini tidak tanggung-tanggung. Perempuan yang sudah lulus S1, biasanya dihargai 50juta, S2 75 juta, S3 bisa sampai 100juta, belum lagi yang sudah pernah ke tanah suci atau sudah hajja. Harga-harga tinggi ini masih sangat kental berlaku dikalangan pejabat-pejabat. Adapun untuk masyarakat biasa non pejabat biasanya ada negosiasi harga antara keduabelah pihak. Jadi tidak se“besar” yang dibayangkan.
Walaupun banyak pendapat yang mengatakan gadis Bugis-Makassar nantinya banyak yang akan menjadi perawan tua jika budaya itu tetap diberlakukan. Namun, ketika makna dari budaya ini dipahami aku yakin budaya cerai-nikah yang sekarang menjamur akan mulai terkikis.
budaya mahar gadis Bugis-Makassar yang mahal ternyata memiliki makna. Itu bukan berarti bahwa gadis Bugis-Makassar dijadikan sebuah barang yang diperjual belikan dengan uang. Akan tetapi, dengan adanya mahar yang besar akan membuat si calon suami betul-betul memikirkan sematang-matang mungkin untuk menikah dan ketika telah menikah tak ada kata pisah atau cerai karena meminang gadis bugis-makassar butuh pengorbanan yang banyak. Akan sangat merasa rugi ketika akan dilepas begitu saja.
Lewat tulisan ini saya akan membahas keistimewaan wanita bugis. keistimewaan itu antara lain:
wanita bugis terkenal akan kesetiaannya kepada pasangannya hal ini bisa dilihat dari rendahnya angka perceraian yg terjadi di sulawesi selatan, selain itu sejaak dahulu orang bugis sul-sel terkenal sebagai pelaut ulung meskipun mereka melaut beberapa bulan  hingga tahunan namun istrinya tetap setia menunggu kedatangan suaminya.
wanita bugis sabar , ketika anda sudah menikahi wanita bugis maka dia akan mengikuti suami kemana pergi dan rela tinggal dimana saja asalkan bersama sang suami.

wanita bugis, penyayang sama mertuanya ketika anda sudah menikahi wanita bugis maka selain dia akan mencintai anda dia juga akan menyangi mertuanya dan akan merwat mertuanya sebai-baiknya seperti merawat orang tua sendiri.

wanita bugis kalau dilamar memerlukan biaya yg tinggi berkisar paling rendah 15.000.000 hingga 45.000.000 rupiah.

wanita bugis mempunyai tiga keahlian yaitu :pertama ahli didapur dalam hal ini wanita bugis pintar memasak masakan untuk suami .

wanita bugis ahli membuat pasangannya senang ditempat tidur .

wanita bugis pintar mengelola keuangan keluarga.

Sebagai perempuan, kita harus pandai melihat diri. Jadilah perempuan Bugis yang materru' (berani) dan malampe' nawa nawa (bijaksana dan cerdas) agar kita pantas untuk seorang lelaki Bugis yang berkarakter joa (pemimpin) dan memiliki prinsip alempureng (kejujuran) dan assitanajangeng (kepantasan).

setelah berkaca pada kenyataan yang ada, uang hantaran tetaplah menjadi prestise hampir di setiap kalangan masyarakat Bugis - Makassar. Jumlah uang hantaran menjadi simbol bentuk upaya mempertahankan kelas sosial. Meskipun masih ada keluarga Bugis - Makassar yang tidak menilai pernikahan dari jumlah uang hantaran dan meriahnya pesta. 

Pasangan yang sudah memiliki cukup alasan untuk berkomitmen menuju gerbang kedewasaan, yaitu pernikahan. Meski perasaan cinta dalam pernikahan itu tidak selalu ada dan meledak-ledak. Tetapi menjadi dewasa adalah menjalani takdir kita sebagai suami dan istri yang kelak menjadi ayah dan ibu.


Hanya saja, mereka terlahir dalam lingkungan keluarga Bugis yang masih teguh memegang tradisi sompa dan dui' menre'. Itulah ujian yang harus dilewati lelaki Bugis sebelum benar-benar menjadi dewasa. Di sisi lain, mahalnya dui' menre' adalah pembuktian kesungguhan lelaki Bugis untuk menikah.

Kembali pada budaya mahar di Sulawesi Selatan, mengapa jumlah dui' menre' terus meningkat setiap tahunnya menyaingi budaya Arab ? Entah bagaimana awalnya paragdima uang hantaran yang tinggi itu memang membudaya di masyarakat Bugis - Makassar.

Rezky Restu Sakti

Rezky Restu Sakti
Anakku Buana Atikku, Abbonga bongaki ri pangkaukeng madecengnge, aja'na rilaleng makkijae. Attongeng tongekki ridecengnge aja'na ripangkaukeng masalae Engkaki mancaji tau masagena mabbere makkuatopa mattarima, aja' taperrisiwi asagenangetta. Malappa atuongetta, mapaccing atitta Riyissengngi ri esso wennie, riyisseng toi riyasengnge sifa'' adele'e. Tau iyye missengngi pura mannessani Naisseng Tepu madecengngi sininna sewwa''e iyye purae irencana, makkotopa eganna tepu madeceng sewwa'' iyya de'e lairencana. Sininnaro pura natoro madeceng Puang sewwae Sewwa'' iyye purae irencana de'e nasilennereng, makkotopa sewwa'' de'e narirencana silennereng, sabbarakengngi. Jancinna puangnge tania belle'' Iyya tau madecengnge, manyamengngi, amangngi, nenniya salamai ajokkangenna Sewwa'' elo'e ipaddibola riyanu teppeddingngenatarima akkaleng, papole madecengngi nasibawai tongeng''. Sewwa'' de'e nairita pura mannessa engkai poleakki agi'' purae napparentang puang Allah ta'ala riyalena Amalakki amala biasa'' bawang, ko engkaki masagena napaulle Appuasaki iyyana parellue Paccoba, paccallang, sibawa pammase: iyamanennaro pura nataro madeceng puangnge, sarekkuammengngi engka perubahan atuongeng lino. Engka maneng paggangkanna, namoni riyaseng sipuppureng lino Tafegau'i sewwa'' weddingnge rifigau', tafaddiyolo matoi malemma'e ripahang. Iyya makessingnge riyalemu, iyyanaritu sewwa'' weddingnge mujama Aja' to talliwe' liwe' riatuongetta, adelekki riyaleta, ritau laingnge, riperasaatta nenniya pikiratta, adele tokki ripangkauketta. Aja' tasolangi aleta, aja'to tasolangi tau laingnge. Engkaki rilaleng amaikengnge

Lencana photo Facebook

THANKS TELAH MAU COMMENT DI BLOG SAYA