Sadda, mappabati Ada, Ada mappabati Gau, Gau mappabati Tau, Tau sipakatau Mappaddupa Nasaba Engkai Siri’ta nennia Pessee ta, Nassibawai Wawang ati mapaccing, lempu, getteng, warani, reso, amaccangeng, tenricau, maradeka nennia assimellereng Makkatenni Masse ri Panngaderengn na Mappasanre ri elo ullena Alla Taala. artinya: Bunyi mewujudkan kata,...Kata mewujudkan Perbuatan,Perbuatan Mewujudkan Manusia,Manusia Memanusiakan Manusia, Membuktikan di Dunia Realiti kerana Kita Memiliki perasaan malu dan teladan ( pengaruh) disertai dengan Kesucian hati, kejujuran, keteguhan, keberanian, kegigihan dan ketekunan, kecerdasan minda,daya saing yang tinggi, kemerdekaan, Berpegang teguh pada adat dan tradisi serta bertawakal kepada Kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.

Kata Bijak Pak Mario

Sabtu, 19 Februari 2011

Manusia dan Alam Semesta 2

UNSUR AIR (SAWIYAH/SUPIAH)

Jasad manusia terdiri atas 2/3 unsur air, seperti halnya bumi yang kita diami artinya pengaruh sifat air yang terkandung pada diri manusia lebih besar dibandingkan dengan sifat-sifat lainnya yang terdapat dalam tubuh manusia. Menurut karakteristik air, ia mengalir kepada tempat yang rendah, karena panas ia dapat menguap, kemudian uap air dibawa oleh angin menjadi mendung (awan), pada titik dimana tekanan udara dingin berubah menjadi air dan salju tergantung dimana ia berada.


Sifat yang terkandung pada air mempengaruhi manusia melahirkan nafsu birahi (kenikmatan sesaat), manakala nafsu ini menguasai atas diri manusia, menjadikan angan-angan yang merupakan fata morgana keindahan, menghacurkan sendi-sendi moral (budi pekerti), menjadikan kehinaan dan kerendahan, hilangnya rasa malu, manusia akan terjebak masalah-masalah yang berkepanjangan, ia semakin lama semakin terbenam dan semakin dalam, akal sehat tertutup mendung yang hitam pekat mengakibatkan suasana yang demikian gelap, cahaya hati sangat lemah ia tidak dapat lagi membedakan antara salah dan benar yang ada pada fikirannya hanya kenikmatan dan kelezatan sesaat, untuk keluar dari kondisi ini demikian sulit seperti halnya orang mabuk yang tidak ingin sadar ia ingin terus mabuk karena menurutnya mabuk itu nikmat dan indah, ia disibukan dengan keindahan asmara dan percintaannya, apapun akan dilakukan untuk mendapatkannya.

Nafsu sawiyah inilah yang menjadi tutupan atas mata hati manusia atas kehidupan akhirat, kehidupan yang kekal abadi sesudah kehidupan dunia yang fana ini, cita-citanya hanya kenikmatan yang bersifat semu/sementara. Diantara sifat-sifatnya yaitu :

Senang sekali dipuji, memuji diri sendiri, merias (memperindah) diri, suka mencampuri urusan orang lain, senda gurau, senang bila orang lain celaka, perayu, menghalangi keinginan dan tindakan yang bersifat kebaikan (disadari maupun tidak), bermabuk-mabukan, menipu, mendukung akan perbuatan yang mengakibatkan keburukan dan merugikan orang lain, berjudi dll.

Pada zaman sekarang ini, kondisi seperti ini sudah menjadi budaya atas komunitas manusia, masing-masing mempunyai persentasi berbeda-beda atas ketiga sifat diatas.



4. UNSUR TANAH (MUTMAINAH)

Firman Allah Ta’ala : Surat 89 (AL-FAJR) Ayat 27 s/d 30

Ayat 27, “Wahai manusia yang bernafsu mutmainah.”

Ayat 28, “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keridloan.”

Ayat 29, “Masuklah kedalam golongan hamba-hambaKu.”

Ayat 30, “Dan masuklah kedalam surgaKu.”



Kondisi mutmainah dimana kondisi manusia yang baru terbangun dari tidur panjangnya, ia mulai menyadari akan kesalahan-kesalahannya, dan kondisi ini lahir dikarenakan suatu sebab dan tiap-tiap manusia berbeda-beda penyebab akan lahirnya kesadaran antara lain dengan kesusahan dan kemiskinan, bangkrutnya perusahaan, perceraian rumah tangga, harta benda habis karena terbakar, terlilit hutang dsb.

Ia mulai membangun nilai-nilai keTuhanan, ketaqwaannya semakin hari semakin baik tapi terkadang ada kalanya agak tersendat kemudian berjalan lagi dan pada kondisi tertentu ia mendapatkan ketenangan atas hati dan fikirannya. Seperti halnya karakteristik tanah yang tidak mudah berubah (bergerak) berbeda dengan api, angin dan air namum demikian ada kalanya ia terguncang oleh gempa yang disebabkan oleh unsur api, angin dan air. Dengan sifatnya yang padat, pada nafsu mutmainah akan mengakibatkan akan pentingnya kehidupan akhirat, dari satu pemahaman kepada pemahaman berikutnya menjadikan tumbuhnya ketetapan hati, terbangunlah kekuatan-kekuatan akan ibadah, dan melemahlah nafsu-nafsu yang lainnya.

Sabda Rasullulah SAW :

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupamu dan tidak memandang pula kepada hartamu dan bahwasanya Allah memandang kepada hatimu dan perbuatanmu.”

(H.R. Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dari Abu Hurairoh)

Tumbuhnya kesadaran akan apa yang semestinya dikerjakan membangun dengan sungguh-sungguh akan ibadah dan amal sholih maka meningkatlah sifat-sifat Ilahi yang terkandung didalam Ruh, kesungguhan untuk mencari Tuhannya sebagai tujuan hidup satu-satunya atas dirinya, lambat laun sifat-sifat yang terbentuk dari anasir alam (hawa nafsu) negative akan melemah, kecintaan kepada dunia mulai terabaikan, dunia hanya sekedar sarana saja untuk hidup.

Sabda Rasullulah SAW :

“Sesungguhnya hawa nafsu menutupi hatiku sehingga aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tujuh puluh kali.”

(HR. Muslim dari hadist Al-Aghrar AlMuzani)



Firman Allah Ta’ala : Surat 42 (ASY-SYURA) Ayat 52

“Kami jadikan nur itu cahaya yang terang benderang, dengan mana Kami beri petunjuk siapa-siapa yang dikehendaki diantara hamba-hamba kami.”

Pengharapannya yang demikian besar akan rahmat Allah menjadi suatu keinginan yang kuat, ia serahkan dirinya kepada Tuhannya dengan totalitas, orang-orang inilah yang mendapatkan cahaya dan petunjuk dari Allah SWT.

Sabda Rasullulah SAW :

“Mencintai dunia itu pangkal setiap kesalahan”

(H.R. Dai Lami dalam Firdaus dari hadist Ali)

“Tiga hal yang membinasakan yaitu sifat bakhil yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti dan orang yang membanggakan dirinya sendiri.”



Cahaya terang benderang menerangi lubuk hati, terbukanya ma’rifat atas dirinya, lahirlah ilmu yang bersifat mukasyafah.

Firman Allah Ta’ala : Surat 17 (BANI-ISRAIL) Ayat 107

“Katakanlah : percayalah kepadaNya atau jangan kamu percaya, sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelumnya, apabila dibacakan dia kepada mereka, mereka tunduk muka mereka sambil bersujud.”

Firman Allah Ta’ala : Surat 18 (AL-KAHF) Ayat 65

“Lalu mereka dapati berdua seorang hamba Kami dari hamba-hamba Kami yang telah Kami beri kepadanya satu rahmat dari sisi Kami, dan Kami telah ajar kepadanya satu ilmu dari sisi Kami.”

Bila kita perhatikan keempat unsur ini, yaitu api, angin, air dan tanah adalah suatu mata rantai yang saling terkait (ekosistem), ia suatu siklus yang terus menerus berjalan.

Berawal dari unsure api yang menimbulkan panas mengakibatkan unsure air menguap menjadi molekul-molekul yang sangat halus, ia ditangkap oleh carbondioksida (Co) kemudian dibawanya keangkasa karena gas tersebut demikian ringan hingga tidak tertarik oleh grafitasi dan selanjutnya unsure angin berperan menggiringnya dan mengumpulkannya dan pada ketinggian tertentu dimana suhu dingin semakin tinggi uap air yang sudah membentuk awan mendung berubah menjadi air kembali, pada daerah tertentu ia menjadi salju dan jatuh membasahi unsure tanah (bumi).

Proses ini adalah karakteristik terhadap hawa nafsu bahwa alam semesta ini adalah ayat-ayat yang nyata untuk membantu manusia memecahkan misteri-misteri yang kita hadapi pada alam kehidupan yang sementara ini.

Masing-masing unsur berperan dengan sifatnya sendiri-sendiri keempat unsure hawa nafsu yang ada didalam tubuh manusia disebut jasmaniah halus (piranti lunak). Alam semesta ini adalah bahan kajian untuk memudahkan manusia mencapai tingkat kesempurnaannya didalam evolusi sifat (evolusi ke 3). Keempat unsur hawa nafsu ini musuh terbesar bagi manusia artinya penghalang atas lahirnya sifat ke Tuhanan sebagai cahaya Ruhaniah menerangi jasmaniah seperti terhalangnya sinar matahari dari awan mendung menyinari bumi dimana kondisi awan yang tebal lagi hitam menjadikan bumi gelap gulita, kerap kali kondisi ini menjadikan petir dan angin yang kencang (besar) bahkan angin topan (puting beliung) yang mengakibatkan kerusakan dimuka bumi demikian siklus ini terus berlangsung. Kalau kita analisa kondisi alam yang terjadi sekarang ini identik dengan kondisi manusianya arti penyebab kerusakan alam ini karena sifat manusia yang dikuasai hawa nafsu keempat unsur alam tersebut. Sementara manusia yang dikuasai sifat keTuhanan sangat-sangat minoritas sekali (sangat langka). Saat ini kita sebagai manusia tinggal menunggu kehancuran bumi, tinggal masalah waktu saja.

Dengan tingkat pertumbuhan populasi manusia demikian tinggi maka kerusakan bumipun semakin tinggi pula. Pertanyaannya adalah, mungkinkah manusia sadar akan dirinya? Untuk apa ia hadir dimuka bumi ini? Semoga saja pertanyaan ini terjawab.



Surat 4 (AN-NISSA) Ayat 27 dan 28

27/ “Orang-orang yang menurut (budak) atas hawa nafsunya menghendaki agar kamu condong

(berpaling) sejauh mungkin dari kebenaran.”

28/ “Allah hendak meringankan keberatan dari manusia, karena manusia itu dijadikan bersifat lemah.”



Surat 25 (AL-FURQON) Ayat 43

“Tidakkah engkau perhatikan dan fikirkan orang yang menuhankan hawa nafsunya? Apakah mampu (bisa) engkau menjadi pemelihara atas hawa nafsu tersebut?”

Surat 70 (AL-MA’ARIJ) Ayat 19, 20 dan 21

19/ “Sesungguhnya manusia itu dijadikan bersifat loba dan kikir”

20/ “Mengeluh apabila kesusahan menimpa dia”

21/ “dan kikir apabila keuntungan mengenai dia”



Surat 2 (AL-BAQARAH) Ayat 212

“Dihiasi kehidupan dunia bagi orang-orang yang kafir…”

Surat 6 (AL-AN’AM) Ayat 70

“ Dan biarkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan sia-sia dan yang telah ditipu oleh penghidupan dunia…”

Surat 7 (AL-A’RAF) Ayat 51

“Yang jadikan agama mereka sia-sia dan permainan, karena mereka telah diperdaya oleh penghidupan dunia….”

Surat 6 (AL-AN’AM) Ayat 32

“Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian…..”

Dari beberapa surat dan ayat diatas bahkan masih banyak lagi yang lainnya, dapat kita analisa dan kaji bahwa arah dan tujuan hawa nafsu adalah ia membangun suatu dimensi yang bersifat materialistic (harta, tahta, wanita) kalau disimbulkan dunia itu adalah uang, mengapa demikian uang adalah mewakili simbul seluruh aspek kehidupan manusia, suatu parameter dimana tata nilai manusia diukur dengan strata sosial manusia sementara pada sisi lain nilai-nilai keTuhanan tertinggalkan dalam decade terakhir banyak orang mengistilahkan zaman globalisasi ukuran sebuah Negara diukur dari nilai mata uangnya sedang penguasa atas kondisi manusia didunia suatu faham yang dinamakan kapitalisme, faham ini menjadi kiblat atas faham-faham lainnya yang ada diseluruh dunia, simbul atas faham tersebut adalah Dollar. Mengapa dollar saya katakana kiblat atas simbul yang lainnya, pada beberapa waktu yang lalu kita sama-sama menyaksikan dan merasakan ketika nilai dollar menurun mengakibatkan kegoncangan diseluruh dunia artinya bahwa komunitas manusia diseluruh dunia demikian bergantungnya pada dimensi materialistic, sedangkan materialistic adalah simbul dari pada hawa nafsu. Kembali kepada diri kita masing-masing faham mana yang saat ini menguasai atas diri kita.



PERKARA DAJJAL

“Antara kejadian Nabi Adam AS hingga hari kiamat akan ada perkara paling besar dari Dajjal”

(H.R. Muslim)

“Maukah kuceritakan padamu tentang Dajjal, yang tidak diceritakan hal itu oleh seorang Nabi terhadap kaumnya kecuali Dajjal itu bermata satu, Dia akan datang membawa semisal syurga dan neraka, maka yang dikatakan syurga baginya adalah neraka”

(H.R. Bukhari-Muslim)

Kaitannya hadist diatas yang menerangkan tentang keberadaan Dajjal, dengan keberadaanya masih menjadi tanda tanya kita semua. Menurut analisa saya keberadaan Dajjal sejak faham kapitalis menguasai dunia ini dan sampai hari ini dikatakan bahwa Dajjal bermata satu yang dimaksud adalah mata uang yaitu Dollar, seluruh mata uang yang ada pada setiap Negara didunia, nilai mata uang tersebut diukur dengan Dollar. Kondisi sekarang ini manusia merasa uang adalah segalanya artinya uang dianggap syurga dan ketika tidak punya uang merasa didalam neraka, kondisi sekarang ini moral manusia berada ditingkat paling bawah (dasar). Zamannya zaman Dajjal dimana-mana yang ada hanya kebohongan dan sudah menjadi penyakit masyarakat sekarang ini.

Demikian dahsyatnya hawa nafsu berperan pada diri manusia hingga mengakibatkan kerusakan dimuka bumi ini mulai dari pencemaran air, udara, penebangan hutan, kebakaran sampai meningkatnya suhu panas dimuka bumi (pemanasan global) belum lagi penyakit yang ditimbulkannya kesemua itu disebabkan ketika komunitas manusia menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan.

Agar lebih jelas lagi dalil Al-Qur’an berikut ini kiranya akan memperjelas kedudukan hawa nafsu didalam diri manusia :

Surat 3 (AL-IMRON) Ayat 14

“Telah dihiasi hati manusia dengan kesukaan (kecintaan) kepada barang-barang yang diingini yaitu : perempuan-perempuan, anak cucu, emas dan perak yang berpikul-pikul, kendaraan yang bagus-bagus, binatang ternak, sawah ladang. Kesemuanya itu perhiasan hidup didunia, tetapi disisi Allah ada tempat kembali yang baik.”

Ayat diatas menegaskan bahwa penyebab kerusakan moral yang terjadi pada diri manusia adalah kecintaan dan keinginan yang besar kepada perhiasan dunia yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup, kerusakan pada ekosistem sampai pada kehancuran bumi. Perhiasan hidup didunia ini yang menghalangi kecintaan manusia kepada Tuhan.

Dunia dan akhirat adalah dua sisi yang berbeda seperti halnya mata uang dimana sisinya berbanding terbalik (saling berlawanan), dan tidak akan mungkin manusia mencintai keduanya pada kadar yang sama. Ketika kecintaan manusia lebih tinggi kadarnya pada sisi yang satu maka sisi lainnya akan rendah demikian makna dari ayat tersebut diatas.



RUH (RUHANIAH)

Berbeda dengan jasmaniah kasar maupun halus (piranti keras dan lunak) Ruh bukan piranti dia Energi bagi manusia, Ruh adalah Energi Tuhan, yang mewakili Tuhan atas diri manusia, didalamnya terkandung sifat-sifat Tuhan demikian dikatakan bahwa manusia adalah makhluk Ruhaniah ayat yang menyatakan demikian adalah,

1. Surat 15 (AL-HIJR) ayat 29

“Maka apabila Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan padanya Ruh dari Ku, hendaklah kamu tunduk sujud akan dia”



2. Surat 32 (AS-SAJ’DAH) ayat 9

“Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”

Dari dua bunyi ayat diatas menjelaskan akan diri manusia, jati diri manusia yang sebenarnya, manusia pada saat kondisi bayi (baru lahir kedunia) tidak memahami akan dirinya, ketika beranjak remaja menganggap diri sebatas fisik (jasmaniah) banyak sekali dari manusia sampai usia tua menganggap dirinya fisik (jasmaniah). Kondisi ini terjadi ketika manusia terjebak oleh hawa nafsunya, karena cintanya pada dunia yang demikian besar menyebabkan tertutup kesadarannya akan jati dirinya yang sesungguhnya, dalam kehidupannya didunia akal dan fikirannya hanya tertuju pada gemerlapnya dunia dengan sendirinya akhirat terabaikan. Sejauh mana keyakinan kita sebagai manusia akan ayat tersebut diatas. Sebagai ayat pembanding untuk analisa ayat tentang Ruh berikut ini adalah :

Surat 15 (AL-HIJR) ayat 27

“Dan jin itu, Kami jadikan dia lebih dahulu, dari api yang beracun ”

Dalam 2 (dua) ayat diatas dikatakan

1. “Aku tiupkan padanya Ruh dari Ku”

2. “Ia tiupkan padanya sebagian dari RuhNya”

Pada surat 15 (Al-Hijr) ayat 27 dikatakan bahwa jin itu dijadikan, sementara Ruh ditiupkan jelas disini bahwa jin itu dicipta (dibuat) oleh Tuhan sementara Ruh itu bukan ciptaan tapi bagian dari Ruh Tuhan, itu sebabnya Ruh itu kekal sebagaimana Tuhan. Begitupun jasad manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan alam semesta semua ciptaan Tuhan, hanya Ruh manusia saja yang bukan ciptaan melainkan bagian dari Ruh Tuhan, itu sebabnya pada diri manusia terkandung sifat keTuhanan. Hawa nafsu yang terkandung didalam Ruh manusia terdiri atas 4 (empat) level (tingkat) yaitu :

1. MULHALAMAH

2. RODHIYAH

3. MARDHIYAH

4. KAMILAH



1. NAFSU MULHALAMAH

Pada level (tingkat) Mutmainah, bilamana manusia dengan sungguh-sungguh didalam ibadahnya, sehingga hati itu terlepas dari segala sifat yang tercela dan dapat bertahan pada tingkat kesempurnaannya dan apabila kondisi ini mengekal dimana badan lahir dan bathin terisi energy yang dipancarkan oleh sang Ruh, maka seluruh badannya akan mengekpresikan kebenaran (akhlak terpuji), pengaruh hawa nafsu yang bersifat alam telah bersih didalam hati maka mulailah terpancar setahap demi setahap pengetahuan yang bersifat Mukasyafah (laduni), dimana sifat-sifat KeTuhanan yang disandangnya merupakan berbanding terbalik dengan sifat-sifat hawa nafsu kealaman. Ruh merupakan sumber dari segala sumber kebaikan sebagai pakaian yang disandang oleh manusia diantaranya sifat sabar, iklas, kona’ah, tawakal, tawadhu, syukur dst.



2. NAFSU RODHIYAH

Jiwa yang selalu rela terhadap Tuhannya, Ia memahami akan tujuan hidupnya, kecintaan dan kerinduan hanya ditujukan kepada Tuhan, Ia terkondisi didalam kelembutan, kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, kesejahteraan dalam berbagai kondisi dan keadaan serta merasa puas atas nikmat dengan kondisi apa adanya.



3. NAFSU MARDHIYAH

Ia ridho terhadap Tuhannya dan Tuhanpun ridho terhadapnya, jiwa yang diridhoi oleh Tuhannya dimana keridhoan Tuhan dibaktikan kepadanya berupa kemuliaan, ia dalam kondisi selalu ingat kepada Tuhannya. Dalam tingkat ini manusia meletakan akal dan fikirannya diatas jalan ma’rifat kepada Tuhannya. Ia mengenal Tuhannya dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya maka lahirlah sifat Tuhannya dalam sikap dan perbuatannya.



4. NAFSU KAMILAH (SEMPURNA)

Jiwa yang telah sampai pada kesempurnaanya dalam bentuk dan karakteristiknya, ia meningkat dalam kesempurnaanya. Kondisi yang sudah dianggap cakap untuk menemui Tuhan, hari-harinya memberi manfaat kepada orang lain dan selalu menyempurnakan amalnya. Maka manusia yang berjiwa inilah yang berhak menyandang gelar MURSYID dan MUKKAMIL (insan Kamil), kedudukannya adalah pada tingkat TAJALI ASMA sifat dan kondisinya BAQA BILLAH, pergi kepada Tuhan, kembali dari Tuhan kepada Tuhan, tiada tempat (media) lain selain Tuhan tiada memiliki ilmu melainkan Tuhan langsung pengendalinya ia fana kepada Tuhannya.

Ruh adalah zat yang bercahaya atas jasmaniah manusia dan dia bagian dari cahaya Tuhan dan dia jati diri atas diri manusia, energinya tidak terbatasi oleh dimensi ruang, gerak dan waktu, Dia terprogram atas seluruh pengetahuan yang ada didalam semesta ini, sifat yang dikandungnya adalah sifat-sifat KeTuhanan, dialah Khalifah sesungguhnya wakil Tuhan dimuka bumi ini.

Surat 2 (AL-BAQARAH) ayat 30 & 31

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi….”

“Dan Ia telah ajarkan (programkan) kepada Adam (Ruh) keterangan-keterangan (pengetahuan) itu semuanya…”

Kalau dikaji (analisa) kedua ayat ini bahwa khalifah yang dimaksud adalah Adam, sedangkan Adam sendiri adalah simbul dari Ruh. Hubungan ayat ini dengan surat 15 (Al-Hijr) ayat 29 dan surat 32 (As-Sajdah) ayat 9 maka kesimpulan dari analisa ini adalah bahwa Adam adalah simbul dari Ruh.



Surat 2 (AL-BAQARAH) ayat 35

“Dan Kami berkata, Hai Adam! Tinggalah engkau dan isterimu, di Jannah ini,……”

Isteri yang dimaksud dalam ayat ini adalah simbul dari jazad manusia, piranti (perangkat) untuk Ruh (Adam) dikenal dengan sebutan Siti Hawa (piranti Keras dan Lunak). Siti artinya tanah/badan kasar/piranti keras Hawa artinya anasir tanah/badan halus/ piranti lunak, Siti Hawa adalah jasmaniah dan bathiniah, bathiniah anasir (unsure) halus dari jasmaniah ia adalah media (tempat tinggal) apa yang disebut iblis atau syetan (syaithon) penggerak atas hawa nafsu.

Barang siapa yang telah mengenal rahasia Ruh ia telah mengenal dirinya dan ketika ia telah mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya dan apabila ia telah mengenal dirinya dan Tuhannya, niscaya ia mengenal bahwa itu urusan Tuhannya (Amrun Robbaani) dengan tabiat dan fitrahnya.

Surat 17 (BANI-ISRAIL) ayat 85

“Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang Ruh, Katakan “Ruh itu urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit”

Ayat ini demikian khusus bahwa Ruh itu sesuatu zat yang sangat istimewa, manusia yang telah mengenal dirinya artinya mengenal tabiat dan fitrahnya Ruh, tidak memiliki kemampuan untuk menerangkan (menjelaskan) akan substansi Ruh disebabkan karena tidak ada jembatan ilustrasi (kias) didunia ini untuk dapat dijadikan contoh atas tabiat dan fitrahnya Ruh. Hanya dijelaskan bahwa kandungan Ruh adalah Energi Tuhan.

Surat 15 (AL-HIJR) ayat 29 dan 30

29/ “Maka apabila Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan padanya Ruh dari Ku, hendaklah kamu tunduk sujud akan dia”

30/ “Maka bersujudlah malaikat semua, sama sekali”

Demikian tingginya kedudukan Ruh atas makhluk-makhluk yang lain sampai-sampai malaikat sujud (menghormati) terhadapnya. Demikian berharganya manusia bagi yang sudah memahami akan jati dirinya, tapi kebanyakan manusia menyia-nyiakan akan dirinya, mereka lebih condong kepada hawa nafsunya, karena kecintaannya kepada dunia melebihi kecintaan kepada Tuhannya.

Surat 76 (AL-INSAN) ayat 27

“Sesungguhnya mereka cinta kepada dunia dan mereka meninggalkan dibelakang mereka satu hari yang berat”

Surat 3 (ALI IMRON) ayat 185

“Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya”



Surat 16 (AN NAHL) ayat 96

“Segala sesuatu yang ada disisimu akan lenyap dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal”

Surat 28 (AL-QASHASH) ayat 60

“Dan apa yang ada disisi Allah itu lebih baik”

Surat 31 (LUKMAN) ayat 33

“Maka jangan sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu”

Surat 87 (AL-A’LAA) ayat 17

“Dan kehidupan akhirat adalah lebih dan lebih kekal”

Ajang memperdaya manusia mengenal jati dirinya adalah kehidupan dunia seperti yang tertera pada ayat-ayat tersebut diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rezky Restu Sakti

Rezky Restu Sakti
Anakku Buana Atikku, Abbonga bongaki ri pangkaukeng madecengnge, aja'na rilaleng makkijae. Attongeng tongekki ridecengnge aja'na ripangkaukeng masalae Engkaki mancaji tau masagena mabbere makkuatopa mattarima, aja' taperrisiwi asagenangetta. Malappa atuongetta, mapaccing atitta Riyissengngi ri esso wennie, riyisseng toi riyasengnge sifa'' adele'e. Tau iyye missengngi pura mannessani Naisseng Tepu madecengngi sininna sewwa''e iyye purae irencana, makkotopa eganna tepu madeceng sewwa'' iyya de'e lairencana. Sininnaro pura natoro madeceng Puang sewwae Sewwa'' iyye purae irencana de'e nasilennereng, makkotopa sewwa'' de'e narirencana silennereng, sabbarakengngi. Jancinna puangnge tania belle'' Iyya tau madecengnge, manyamengngi, amangngi, nenniya salamai ajokkangenna Sewwa'' elo'e ipaddibola riyanu teppeddingngenatarima akkaleng, papole madecengngi nasibawai tongeng''. Sewwa'' de'e nairita pura mannessa engkai poleakki agi'' purae napparentang puang Allah ta'ala riyalena Amalakki amala biasa'' bawang, ko engkaki masagena napaulle Appuasaki iyyana parellue Paccoba, paccallang, sibawa pammase: iyamanennaro pura nataro madeceng puangnge, sarekkuammengngi engka perubahan atuongeng lino. Engka maneng paggangkanna, namoni riyaseng sipuppureng lino Tafegau'i sewwa'' weddingnge rifigau', tafaddiyolo matoi malemma'e ripahang. Iyya makessingnge riyalemu, iyyanaritu sewwa'' weddingnge mujama Aja' to talliwe' liwe' riatuongetta, adelekki riyaleta, ritau laingnge, riperasaatta nenniya pikiratta, adele tokki ripangkauketta. Aja' tasolangi aleta, aja'to tasolangi tau laingnge. Engkaki rilaleng amaikengnge

Lencana photo Facebook

THANKS TELAH MAU COMMENT DI BLOG SAYA