Usman Balo adalah salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan di
Sulawesi Selatan. Selain karena keberaniannya dalam melawan penjajah,
Usman Balo juga terkenal karena memiliki 108 orang isteri, meskipun
demikian, Usman Balo punya prinsip yang patut diteladani, beliau sangat
pantang bercinta atau menggauli wanita jika belum ia nikahi.
Pada jamannya, Usman Balo sangat disegani dan ditakuti baik oleh
sesama pejuang ataupun oleh kompeni Belanda. Saat itu banyak desa yang
diobrak-abrik oleh penjajah, namun desa-desa dimana terdapat keluarga
korban tidak pernah disinggahi oleh penjajah. Dengan alasan tersebut
almarhum mulai menikahi gadis-gadis hampir di setiap desa. Usman Balo
meninggalkan 26 orang anak, dan lebih 100 orang cucu serta puluhan orang
cicit.
Pejuang kharismatik ini dikenal berani, teguh dan penuh dedikasi
serta pantang menyerah dan menyandang pangkat terakhir Kapten TNI AD.
Pria berjuluk ‘Balo’na Sidenreng’ ini menyandang sejumlah piagam tanda
jasa. Almarhum adalah rekan seperjuangan tokoh Sulsel lainnya Brigjen
TNI (Purn) Andi Sose, dan mantan Gubernur Sulsel Brigjen TNI (Purn)
Andi Oddang.
Usman Balo pernah memperjuangkan terbentuknya Republik Persatuan
Indonesia, terdiri dari beberapa negara bagian. Tapi, lantaran Bung
Karno lebih menghendaki negara kesatuan,akhirnya perjuangan Usman Balo
menghadapi rintangan. Itulah yang membuatnya bergerilya bertahun-tahun
di hutan, bersama Kolonel Abdul Kahar Muzakkar dan membentuk kelompok
perjuangan Tentara Islam Indonesia atau yang sekarang dikenal dengan
Pemberontakan DI/TII. Pembagian wilayah kekuasaan antara
kesatuan-kesatuan DI/TII Sulawesi Selatan, ternyata menimbulkan
pertentangan intern. Seringkali, akibat operasi yang dilancarkan TNI,
pasukan yang satu memasuki wilayah kekuasaan pasukan yang lain. Bulan
Desember 1952, Batalyon Latimojong pimpinan Usman Balo memasuki
wilayah Batalyon Rante Mario. Antara kedua pasukan itu terjadi bentrokan
fisik. Kahar Muzakkar menyalahkan Usman Balo. Akibatnya hubungan antara
kedua tokoh pemberontak itu mulai retak. Dalam perkembangan kemudian
Usman Balo memutuskan sama sekali hubungannya dengan Kahar, walaupun ia
tetap melanjutkan pemberontakannya. Kemudian pertentangan itu meningkat
menjadi pertentangan ideologis. Usman Balo menolak jalan Darul Islam
yang dianut Kahar, dan tidak bersedia mengubah nama pasukannya menjadi
Tentara Islam seperti yang dilakukan Kahar sejak bulan Agustus 1953.
Pertentangan antara keduanya mencapai puncaknya dalam bentuk pertempuran
terbuka di Bulu Cenrana (Sidenreng Rappang). Pertempuran terjadi
tanggal 14 Desember 1954 dan berlangsung selama tiga hari.
Usman Balo wafat pada tanggal 5 Mei 2006 di usia 88 tahun karena
sakit asma di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Mario Rappang, Sidrap.
Kata Bijak Pak Mario
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar