Sadda, mappabati Ada, Ada mappabati Gau, Gau mappabati Tau, Tau sipakatau Mappaddupa Nasaba Engkai Siri’ta nennia Pessee ta, Nassibawai Wawang ati mapaccing, lempu, getteng, warani, reso, amaccangeng, tenricau, maradeka nennia assimellereng Makkatenni Masse ri Panngaderengn na Mappasanre ri elo ullena Alla Taala. artinya: Bunyi mewujudkan kata,...Kata mewujudkan Perbuatan,Perbuatan Mewujudkan Manusia,Manusia Memanusiakan Manusia, Membuktikan di Dunia Realiti kerana Kita Memiliki perasaan malu dan teladan ( pengaruh) disertai dengan Kesucian hati, kejujuran, keteguhan, keberanian, kegigihan dan ketekunan, kecerdasan minda,daya saing yang tinggi, kemerdekaan, Berpegang teguh pada adat dan tradisi serta bertawakal kepada Kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa.

Kata Bijak Pak Mario

Senin, 27 Oktober 2014

Meninggalkan Keduniawian

Meninggalkan keduniawian sering dikira
sebagai sesuatu hal yang diperuntukkan
biksu-biksu, biksuni-biksuni, para yogi,
atau orang-orang istimewa yang tinggal
di dalam gua, tetapi sebenarnya bukan
hanya itu saja pengertiannya.
Meninggalkan keduniawian berarti
meninggalkan aspirasi ego seseorang,
dan jika kita tidak melakukan kegiatan
ini selama bermeditasi, meditasi tidak
akan berkembang.
Ego suka dihibur dan diafirmasi secara
konstan. 

Ketika dibuat untuk hening, dan
tidak melakukan sesuatu apa pun yang
menarik, ego akan menolak secara keras
dan mencoba untuk kabur dari situasi
tersebut dengan cara mencari hal lain
untuk membuat ego tetap ada, seperti
berbicara, membaca, berkhayal, apa pun
untuk membuatnya tetap ada.
Jika kita tidak menghentikan
kecenderungan-kecenderungan ini, maka
meditasi kita tidak akan berhasil.

Meninggalkan keduniawian adalah bagian
dari jalan spiritual mana pun. 

Artinya melepaskan seluruh ide kita mengenai siapa diri kita, atau apa cita-cita kita, atau apa yang ingin kita miliki.

Semua ini merupakan identifikasi ego
yang secara konstan menguatkan
kembali "aku", dan mengarahkan kita
pada arah yang salah.
Apa yang kita kira dimiliki, rumah-"ku",
suami-"ku", istri-"ku" anak-anak-"ku",
sanak saudara-"ku", teman-"ku",
membuat perasaan "aku" semakin
mantap karena ego membutuhkan sistem
pendukung.
Memberikan ego sebuah ilusi kestabilan.
Tiada satu pun orang-orang atau
benda-benda kepemilikan kita bersifat
permanen, semuanya dapat hilang
dengan segera.
Jika kestabilan ini merupakan sesuatu
yang nyata, maka, semakin besar rumah
atau mobil, semakin banyak teman atau
anak, semakin banyak istri, maka
semakin amanlah perasaan seorang
manusia.
Namun, dengan memiliki seluruh orang-
orang ini dan benda-benda ini justru
membawa lebih banyak kekhawatiran dan
masalah. Bayangkan bila kita memiliki
sepuluh istri dan bukannya satu istri.
Lenyapkan pikiran seperti itu! Ini
hanyalah miskonsepsi kita untuk
membuat kita merasa aman.
Konsep-konsep kitalah yang membuat
hal itu terjadi, karena tentu saja kita
tidak dapat memiliki siapa pun. Orang-
orang meninggal pada saat-saat yang
tidak tepat, menikah dengan orang-
orang yang salah, dan pergi tanpa
meninggalkan sebanyak kepergiannya.
Mereka membuat karma mereka sendiri.
Walau demikian, masih saja kita
menganggap mereka milik kita. Begitu
kita mempercayainya, lalu kita
bergantung pada mereka sepanjang
hidup kita. Mereka harus tetap menjadi
"milikku".
Inilah proses identifikasi kita dengan
keluarga kita, pekerjaan kita, dan
benda-benda yang kita miliki.
Bukannya hanya menjadi satu "aku",
kita sekarang telah bertumbuh dan
melekat di dalam sejumlah orang,
pekerjaan, rumah, dan semua yang
berhubungan dengan hal itu. Sehingga
tampak jauh lebih besar.
Bukan berarti ia harus melempar semua
orang keluar dari rumahnya. Tetapi
selama ia bergantung kepada apa yang
orang lain katakan, pikirkan, atau
lakukan, bagaimana mungkin ia
mempraktikkan ajaran demi
kebebasannya sendiri?
Tanpa identifikasi ini, ego akan kembali
ke ukuran normalnya, hanya satu "aku"
dan itu saja. Bukan berarti ego telah
dihilangkan, tetapi ego akan kembali
mampu kita kendalikan.
Satu tubuh, satu pikiran, tanpa memiliki
dan teridentifikasi dengan banyak
orang dan benda-benda lain.
Meninggalkan keduniawian dapat
dilakukan dalam bermacam-macam
bentuk. Bisa berupa disiplin diri seperti
bangun lebih pagi dari biasanya,
meninggalkan kecenderungan kita untuk
menjadi lebih nyaman.
Meninggalkan keduniawian bisa juga
berbentuk tidak selalu makan pada saat
kita ingin makan, tetapi menunggu
hingga muncul rasa lapar yang
sesungguhnya.
Ketika kita tiba pada saat-saat terakhir
kehidupan kita, kita harus melepaskan
segalanya. Kita tidak dapat
membawanya bersama kita, benda-
benda atau orang-orang yang kita sebut
sebagai milik kita, kita bahkan tidak
dapat membawa tubuh yang kita sebut
sebagai milik kita.
Sebaiknya kita juga mempelajari
kematian sebelum ia tiba.
Inilah sebabnya mengapa momen
kematian seringkali merupakan suatu
perjuangan. Beberapa orang meninggal
dengan damai, tetapi banyak yang tidak
karena mereka tidak siap melepaskan
segalanya. Karena sebelumnya mereka
tidak sempat memikirkan tentang
kematian.
Segala sesuatu yang melekat dengan
kita adalah sebuah halangan, sebuah
rintangan.
Artinya menghilangkan sikap
kemelekatan kita terhadap mereka, yang
merupakan penghalang terbesar kita.
Tak berarti kita tidak lagi mencintai
keluarga kita. Sebaliknya, cinta tanpa
kemelekatan adalah jenis cinta yang
tidak memiliki rasa takut di dalamnya
sehingga bersifat murni. Cinta yang
diikuti kemelekatan adalah belenggu.
Cinta jenis ini berisi gelombang-gelom
bang emosi dan biasanya menciptakan
rantai besi yang tak terlihat. Cinta yang
sesungguhnya tanpa kemelekatan,
memberikan tanpa mengharapkan,
berdiri di samping satu sama lain dan tdk bersandar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rezky Restu Sakti

Rezky Restu Sakti
Anakku Buana Atikku, Abbonga bongaki ri pangkaukeng madecengnge, aja'na rilaleng makkijae. Attongeng tongekki ridecengnge aja'na ripangkaukeng masalae Engkaki mancaji tau masagena mabbere makkuatopa mattarima, aja' taperrisiwi asagenangetta. Malappa atuongetta, mapaccing atitta Riyissengngi ri esso wennie, riyisseng toi riyasengnge sifa'' adele'e. Tau iyye missengngi pura mannessani Naisseng Tepu madecengngi sininna sewwa''e iyye purae irencana, makkotopa eganna tepu madeceng sewwa'' iyya de'e lairencana. Sininnaro pura natoro madeceng Puang sewwae Sewwa'' iyye purae irencana de'e nasilennereng, makkotopa sewwa'' de'e narirencana silennereng, sabbarakengngi. Jancinna puangnge tania belle'' Iyya tau madecengnge, manyamengngi, amangngi, nenniya salamai ajokkangenna Sewwa'' elo'e ipaddibola riyanu teppeddingngenatarima akkaleng, papole madecengngi nasibawai tongeng''. Sewwa'' de'e nairita pura mannessa engkai poleakki agi'' purae napparentang puang Allah ta'ala riyalena Amalakki amala biasa'' bawang, ko engkaki masagena napaulle Appuasaki iyyana parellue Paccoba, paccallang, sibawa pammase: iyamanennaro pura nataro madeceng puangnge, sarekkuammengngi engka perubahan atuongeng lino. Engka maneng paggangkanna, namoni riyaseng sipuppureng lino Tafegau'i sewwa'' weddingnge rifigau', tafaddiyolo matoi malemma'e ripahang. Iyya makessingnge riyalemu, iyyanaritu sewwa'' weddingnge mujama Aja' to talliwe' liwe' riatuongetta, adelekki riyaleta, ritau laingnge, riperasaatta nenniya pikiratta, adele tokki ripangkauketta. Aja' tasolangi aleta, aja'to tasolangi tau laingnge. Engkaki rilaleng amaikengnge

Lencana photo Facebook

THANKS TELAH MAU COMMENT DI BLOG SAYA