Aku hanya sesaat b'diam diri, memejamkan mata & merasakan suasana yg ada. Saat tubuhku t'diam, seolah angin datang m'hempas & berlalu. Entah apa yg di bawanya, entah apa yg ia tempelkan dikulitq. Belum m'jadikan beban yg harus q pikul atau mungkin takkan pernah jd beban karena kebiasaan dr anggapan yg ada, biasanya akan menganggap hal yg sbenarnya istimewa akan dianggap biasa.
Disadari atau tidak, suasana dari alam sadar pikiran tkadang lebih nyata dr yg aku lihat saat mata terbuka. Pikiranku menerobos dinding2 imajinasiku. Ada kalimat yg akhirnya tertempel dalam pikiranku, ada tanya yg aku bawa kedalam realitas hidup setelah memukul telak diriku. Aku telah m'jalankan kehidupan selama ini, lantas masih adakah yang menungguq saat q sudah bertemu tuju ??? Untuk apa aku hidup, jika tak ada yg menungguq ???? Untuk apa aku mengejar segala sesuatu yg di anggap perlu ??? Untuk memenuhi kebutuhanq atau untuk memenuhi keinginanq ??? Bukankah yg kita kejar & kita cari bukan semata hanya anggapan ??? Bukankah yg kita tuju adalah realitas yg kita anggap perlu sbagai salah satu bekal tuk bahagiakan diri kita ???
Satu alasan yg aku perlu, alasan yg bisa m'bangunkan keyakinan dalam diri ini. Ah..tapi satu alasan saja spertinya tak akan cukup tuk m'bangunkan satu keyakinan, aku pasti butuh alasan lain. Sebeb bagaimana pun juga, manusia sendiri di ciptakan bukan tanpa alasan. Banyak alasan yg tak akan pernah aku tau jika aku tak di beri tahu, kenapa q harus dilahirkan. Bukankah sebelumnya aku tak pernah meminta untuk dihidupkan. Masih ada hal lain yg akan menjamin & m'pertanggung-jawabkannya. Tinggal kita mencoba menjalankan & menyaksikan kejadian demi kejadian yg sudah disediakan dalam m'jalankan khidupan.
Kadang q sendiri b'pikir, mengabdikan diri kepada “hal” yang kita cintai atau m'jadikan diri sendiri m'jadi pelengkap, penyelamat dan pengobat akan “sesuatu hal disekitaran kita” : dengan retorika, hanya orang yg sudah diselamatkanlah yg akan mampu membimbing diri kita dalam m'hadapi yg terjadi. Walau keduanya sudah menjadi bagian dari satu kesatuan yg ada dalam diri kita atau disekitaran kita. Kedua hal tersebut tentunya bukan tak beralasan knapa harus aku tuliskan. Keduanya punya arti di masing2 sisi saat kita coba melihatnya. Jika ini sbatas sbuah p'tanggung jawaban akan p'jalanan dalam kehidupan, nggak ada salahnya juga kita mecoba belajar mempertanggung- jawabkannya. Baik pada diri kita, pada orang di sekitar kita, bahkan pada sang kuasa.
Memang sejatinya kita tak ada kemampuan sedikit pun di dalam mempertanggung jawabkan setiap yg terjadi. Akan tetapi bukan berarti kita harus b'diam diri tanpa usaha dan upaya sedikitpun, sebab masih ada sang penentu yg kita hadapi saat mencoba mempertanggung-jawabkannya. Mencoba belajar dari yg terjadi, mencoba menghargai dari yg terjadi, mencoba memaknai dari setiap kejadian yg kita hadapi sebagai satu kepemilikan bagi setiap diri. Orang lain tak akan pernah peduli dari setiap kejadian yg terjadi pada diri kita. Biarkan, karena mereka pun seperti kita selalu belajar memahami setiap kejadian2 yg harus di hadapi. Jangan pernah menghindar, itu akan membuang banyak energi di dalam diri. Harusnya kita sudah mulai menyadari bahwa dalam kenyataannya kita tak akan pernah bisa menghindari satu kejadian yg sudah di tentukan oleh kehidupan. Biarkan, toh kehidupan juga tunduk kepada perubahan. Begitu pula yg sedang kita hadapi, semua pasti akan terlewati kemudian akan terganti
Disadari atau tidak, suasana dari alam sadar pikiran tkadang lebih nyata dr yg aku lihat saat mata terbuka. Pikiranku menerobos dinding2 imajinasiku. Ada kalimat yg akhirnya tertempel dalam pikiranku, ada tanya yg aku bawa kedalam realitas hidup setelah memukul telak diriku. Aku telah m'jalankan kehidupan selama ini, lantas masih adakah yang menungguq saat q sudah bertemu tuju ??? Untuk apa aku hidup, jika tak ada yg menungguq ???? Untuk apa aku mengejar segala sesuatu yg di anggap perlu ??? Untuk memenuhi kebutuhanq atau untuk memenuhi keinginanq ??? Bukankah yg kita kejar & kita cari bukan semata hanya anggapan ??? Bukankah yg kita tuju adalah realitas yg kita anggap perlu sbagai salah satu bekal tuk bahagiakan diri kita ???
Satu alasan yg aku perlu, alasan yg bisa m'bangunkan keyakinan dalam diri ini. Ah..tapi satu alasan saja spertinya tak akan cukup tuk m'bangunkan satu keyakinan, aku pasti butuh alasan lain. Sebeb bagaimana pun juga, manusia sendiri di ciptakan bukan tanpa alasan. Banyak alasan yg tak akan pernah aku tau jika aku tak di beri tahu, kenapa q harus dilahirkan. Bukankah sebelumnya aku tak pernah meminta untuk dihidupkan. Masih ada hal lain yg akan menjamin & m'pertanggung-jawabkannya. Tinggal kita mencoba menjalankan & menyaksikan kejadian demi kejadian yg sudah disediakan dalam m'jalankan khidupan.
Kadang q sendiri b'pikir, mengabdikan diri kepada “hal” yang kita cintai atau m'jadikan diri sendiri m'jadi pelengkap, penyelamat dan pengobat akan “sesuatu hal disekitaran kita” : dengan retorika, hanya orang yg sudah diselamatkanlah yg akan mampu membimbing diri kita dalam m'hadapi yg terjadi. Walau keduanya sudah menjadi bagian dari satu kesatuan yg ada dalam diri kita atau disekitaran kita. Kedua hal tersebut tentunya bukan tak beralasan knapa harus aku tuliskan. Keduanya punya arti di masing2 sisi saat kita coba melihatnya. Jika ini sbatas sbuah p'tanggung jawaban akan p'jalanan dalam kehidupan, nggak ada salahnya juga kita mecoba belajar mempertanggung- jawabkannya. Baik pada diri kita, pada orang di sekitar kita, bahkan pada sang kuasa.
Memang sejatinya kita tak ada kemampuan sedikit pun di dalam mempertanggung jawabkan setiap yg terjadi. Akan tetapi bukan berarti kita harus b'diam diri tanpa usaha dan upaya sedikitpun, sebab masih ada sang penentu yg kita hadapi saat mencoba mempertanggung-jawabkannya. Mencoba belajar dari yg terjadi, mencoba menghargai dari yg terjadi, mencoba memaknai dari setiap kejadian yg kita hadapi sebagai satu kepemilikan bagi setiap diri. Orang lain tak akan pernah peduli dari setiap kejadian yg terjadi pada diri kita. Biarkan, karena mereka pun seperti kita selalu belajar memahami setiap kejadian2 yg harus di hadapi. Jangan pernah menghindar, itu akan membuang banyak energi di dalam diri. Harusnya kita sudah mulai menyadari bahwa dalam kenyataannya kita tak akan pernah bisa menghindari satu kejadian yg sudah di tentukan oleh kehidupan. Biarkan, toh kehidupan juga tunduk kepada perubahan. Begitu pula yg sedang kita hadapi, semua pasti akan terlewati kemudian akan terganti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar